aduh telat tapi tak apa lah
Disusun ulang oleh: Ummu Ziyad
Muroja’ah oleh: Ust Abu Mushlih Ari Wahyudi
Ukhti fillah…
Tanggal 14 Februari seakan-akan menjadi hari yang khusus bagi manusia
secara umum, bahkan bagi seorang muslimah sekalipun. Dengan pengaruh
dari berbagai media dan lingkungan, para gadis sibuk ikut-ikutan
merayakan hari tersebut. Ada yang sibuk membuat coklat dan kue-kue untuk
orang yang disayanginya, mengirimkan kartu, atau sengaja mengkhususkan
membuat pengakuan cinta untuk lelaki pujaan hatinya. Na’udzubillah min
dzalik. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan untuk dijauhkan dari
perbuatan tersebut…
Setelah mengetahui fatwa-fatwa yang ada pada artikel sebelumnya, ada
baiknya kita juga mengetahui asal usul adanya hari valentine. Dengan
demikian, insya Allah kita akan lebih berhati-hati dan tidak segan-segan
untuk meninggalkan hari raya tersebut. Apalagi jika kita benar-benar
ingin menjadi wanita muslimah sejati, yang sangat cinta kepada Allah dan
Rasul-Nya dan sangat takut dengan hukuman-Nya dan berharap
keridhoan-Nya. Artikel berikut ini banyak menukil dari majalah As Sunnah
dengan disertai berbagai tambahan dari penulis.
Definisi Valentine’s Day
Terdapat beberapa definisi yang terdapat di majalah As Sunnah edisi 11 tahun I untuk menjelaskan tentang hari valentine ini.
Pertama,
A day on which lovers traditionally exchange affectionate messages and
gift. It is ovserved on February 14, the date on which Saint Valentine
was matyred. (The Encyclopedia Americana, volume XXVII, hal 860)
“Sebuah hari dimana orang-orang yang sedang dilanda cinta secara tradisi
saling mengirimkan pesan-pesan cinta dan hadiah-hadiah. Hari itu
diperingati pada tanggal 14 Februari, suatu hari di mana St. Valentine
mengalami martir.”
Kedua,
The date on the modern celebration, February 14, is believed to derive
in the execution of a Christian martyr, St. Valentine, on February 14,
270. (The Encyclopedia Americana, volume XIII, hal. 464)
“Tanggal 14 Februari adalah perayaan modern yang diyakini berasal dari
hari dihukum matinya seorang martir Kristen yaitu St. Valentine pada
tanggal 14 Februari 270 M.”
Ketiga,
Valentine, St. priest and physician of Rome who suffered martydorn
probably during the persecution under Claudius II in 269. his feast is
on 14 Feb. The custom of sending valentines probably had its origin in a
heathen practice connected with the worship of Juno Februalis at the
Lupercalia(*) or perhaps in the mediaval belief the birds commenced to
mate onf 14 Feb. (Everyman’s Encyclopedia, volume XII, hal 388).
“St. Valentine adalah seorang pendeta dan tabib dari Roma yang
(dianggap) martir sewaktu kaisar Claudius II pada tahun 269 M.
Peringatan tersebut pada tanggal 14 Febuari. Kebiasaan dengan mengirim
valentine-valentine berasal dari upacara penyembahan berhala yang
dikaitkan dengan peribadatan Juno Februarlis di goa Lupercal, atau (bisa
jadi) pendapat bahwa burung-burung kwain pada tanggal 14 Februari.”
(*) Lupercalia merupakan upacara keagamaan (ritual) yang dilakukan oleh
orang-orang Romawi kuno yang dilaksanakan setiap tahun untuk menyembah
dewa Lupercus, yang oleh mereka dianggap sebagai dewa kesuburan, dewa
padang rumput dan pelindung ternak. Sebagai suatu upacara ritual
kesuburan, Lupercalia juga dihubungkan dengan penghormatan dan
penyembahan kepada dewa Faunus sebagai dewa alam dan pemberi wahyu.
Upacara atau festival tersebut dipimpin dan diawasi oleh suatu badan
kegamaan yang disebut Luperci dan para pendetanya disebut Luperci.
Setiap upacara Lupercalia dimulai dengan mengorbankan beberapa ekor
kambing dan seekor anjing yang dipimpin oleh para Luperci. Upacara
tersebut dilakukan di dalam sebuah gua bernama Lupercal, berada di bukit
Palatine, yang merupakan salah satu bukit di kota Roma. Setelah itu dua
orang Luperci (dalam sumber lain dua orang pemuda) dibawa ke sebuah
altar, kemudian sebuah pisau yang berlumuran darah disentuhkan pada
kening mereka dan darah itu diseka dengan kain wool yang telah
dicelupkan ke dalam susu. Setelah itu kedua orang tersebut diharuskan
tertawa.
Kemudian para luperci memotong kulit kambing yang dikorbankan dan
dijadikan cambuk. Kemudian mereka berlari dalam dua geromboloan
mengelilingi bukit Palatine dan tembok-tembok kuno di Palatine,
mencambuki setiap wanita baik yang mengikuti upacara maupun yang mereka
temui di jalanan. Para wanita yang menerima cambukan itu dengan senang
hati karena menurut mereka cambukan itu dapat menyebabkan atau
mengembalikan kesuburannya.
Upacara Lupercalia ini terus berlangsung sampai pada masa pemerintahan
Kaisar Constantin Agung (280 – 337 M). Kaisar Romawi ini adalah kaisar
pertama pemeluk agama Nasrani. Lewat masuknya agama Nasrani itu dan
berbagai jalan yang ditempuhnya, dia memegang peranan penting dalam hal
merubah agama yang dikejar-kejar dan diancam sebelumnya menjadi agama
yang dominan (bersifat nasional). Pengaruh agama nasrani semakin meluas
di kerajaan Romawi dan Dewan gereja memegang peranan penting di bidang
politik. Pada tahun 494 M, Dewan Gereja di bawah pimpinan Paus Gelasius I
merubah bentuk upacara Lupercalia menjadi perayaan purifikasi
(pemurnian/pembersihan diri). Dan pada tahun 496 M, Paus Gelasius I
mengubah tanggal perayaan purifikasi yang berasal dari upacara ritual
lupercalia dan tanggal 15 Februari menjadi tanggal 14 Februari.
Keempat,
The St. Valentine who is spoken of as the apostle of Rhaetia, and
venerated in passau as its first bishop. (Encyclopedia Briatannica,
volume XIV, hal. 949).
“St. Valentine yang disebutkan itu adalah seorang utusan dari Rhaetia dan dimuliakan di Passau sebagai uskup yang pertama.”
Kesimpulan dari keempat definisi tersebut adalah Valentine’s day
dirayakan untuk mengormati dan mengkultuskan st. Valentine yang dianggap
martir yang mati dibunuh pada tanggal 14 Februari 269 M (sumber lain
menyebutkan 270 M) dan juga dianggap sebagai seorang utusan dan uskup
yang dimuliakan. Pengambilan istilah itu juga dikaitkan dengan
Lupercalia, upacara keagamaan orang Romawi Kuno dan juga bahwa
burung-burung kimpoi pada tanggal tersebut.
Nah, saudariku… Apakah engkau tahu apa itu martir? Martir adalah orang
yang dianggap mati sebagai pahlawan karena mempertahankan kepercayaan
(agama). Kini engkau tahu agama apa yang dipertahankan olehnya. Wallahul
musta’an. Ya ukhti… bagaimana kita bisa turut serta pada hari yang
ditetapkan untuk menghormati orang yang mempertahankan agama yang bukan
Islam (ini bukan berarti kita dibolehkan untuk menetapkan hari khusus
untuk kematian orang-orang yang mempertahankan agama Islam!).
Dan bila dikaitkan dengan upacara Lupercalia, maka ini juga sangat jauh
dari syari’at Islam, bahkan penuh dengan kesyirikan yang merusak tauhid.
Lihatlah bagaimana upacara tersebut dilaksanakan untuk menyembah
dewa-dewa. Padahal tidak ada yang berhak disembah selain Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Belum lagi keyakinan batil tentang pengaruh cambukan yang
dapat menyebabkan atau mengembalikan kesuburan. Padahal tidak ada yang
kuasa untuk memberi kesuburan pada seseorang sebagaimana dalam
firman-Nya yang artinya, “Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki
dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan
mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi
Maha Kuasa.” (QS. Asy-Syuura [42]: 50)
Ketahuilah saudariku, tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali
meninggalkan jauh-jauh kebiasaan turut serta merayakan hari Valentine
ini. Apakah kita hendak turut serta pada acara yang ditetapkan oleh
Nasrani untuk mengkultuskan sang uskup yang mati sebagai martir? Padahal
kita ketahui orang-orang Nasrani tidak akan senang sampai kita
mengikuti agama mereka. Maka senanglah mereka ketika kita turut berbaur
dalam hari raya mereka. Karena Rasululllah shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk kaum
tersebut.” (HR. Abu Dawud). Atau… apakah kita hendak mendukung pula
upacara Lupercalia yang penuh muatan syirik dan kemaksiatan?
Na’udzubillah mindzalik.
Cukupkanlah diri kita dengan apa yang telah diturunkan Allah dalam
Al-Qur’an dan yang diajarkan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
kepada umatnya. Karena kasih sayang di antara sesama muslim jauh lebih
indah dimana Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan
orang mukmin di dalam saling mencintai, saling mengaishi dan saling
menyayangi adalah bagaikan satu jasad, jika salah satu anggotanya
menderita sakit maka seluruh jasad merasakan (penderitaannya) dengan
tidak bisa tidur dan merasa panas.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka
engkau tidak perlu ragu-ragu untuk meninggalkan hari raya tersebut.
Bertaubat adalah langkah yang utama dan mulia jika ternyata di hari yang
lalu kita menjadi bagian dari perayaan tersebut. Semoga kita terus
diberikan hidayah taufik oleh Allah untuk menjalankan amalan sesuai
tuntunan syari’at. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar