widgeo.net

Senin, 07 Mei 2012

''Maafkan Aku Sayang, Cintaku Abadi Untukmu.”[Real Story]

Lastri memerlukan beberapa kejap memejamkan mata, sesaat sebelum bus Intra yang ditumpanginya memasuki Terminal Amplas. Angannya membual pada kenangan beberapa tahun lewat, pikirannya dipenuhi kenangan dan mimpinya yang ditinggalkan di kota ini.Setelah turun dari bus, Lastri bergegas melompat ke dalam Angkot lagi,KPUM trayek Terminal Amplas-Pinang Baris. Tadi dia sempat mengedarkan pandang ke sekeliling terminal. Dia menggeleng kepala sendiri, menenangkan batinnya. Katanya kepada batin: menggerutu soal kesemrawutan tak baik bagi kesehatan. Sudah Tiga tahun Lastri berada di Bandung hanya untuk bekerja dan bekerja. Tiga tahun juga dia bendung rasa rindu pada keluarganya di Medan, Lastri memutuskan untuk menghabiskan cuti tahunannya pulang ke Medan. Pihak kantor mengizinkannya untuk ambil cuti tahunan selama 14 hari.

Pelan-pelan Angkot KPUM yang ditumpangi Lastri Sebentar lagi akan melintasi perempatan Universitas Sumatera Utara,Dia ingat dulu, lama sekali pernah bergiat menimba ilmu di Universitas itu. Sambil tersenyum Lastri mengenang jalan hidupnya. Sesampainya dirumah, Orang tua Lastri begitu bahagia melihat ia tetap sehat, bahkan mereka mengatakan ia jauh berubah, tutur bahasanya semakin lembut dan sopan, cara berpakaiannya benar-benar menunjukkan kalau Lastri memang perempuan kantoran, Lastri semakin feminim dan semakin cantik. Keluarganya menyambutnya dengan penuh kegirangan.

Lastri tidak pernah lupa akan kebiasaannya dulu, setiap hari minggu ia pasti selalu ke pantai cermin untuk melepaskan rasa penat lelah menjalani rutinitas selama satu minggu,Pantai Cermin adalah salah satu tempat terciptanya kenangan antara Lastri dan Andre dimasa lalu,tapi sayangnya andre telah menikah. Kala itu Lastri mengundang Andre untuk menghadiri acara wisudanya, tapi disaat itu juga orang yang dia kasihi menyodorkan undangan pesta pernikahannya. Betapa hancurnya hati Lastri. Wisuda dilalui dengan air mata kebahagiaan sekaligus kesedihan. Seusai wisuda, keberangkatannya bekerja di Bandung pun ia per cepat. Dua hari sebelum pesta pernikahan Andre di situ ia meninggalkan kota Medan.Lastri pergi tanpa pamit pada siapapun kecuali keluarganya. Sejak itu hingga saat dia kembali ke medan dia tidak tahu gimana kabar andre.”Ah ya sudahlah, lupakan.” Lastri berkata dalam hatinya. Dia duduk ditepi pantai. Pandanganya tertuju ke lautan yang luas, ia juga tetap memperhatikan sekeliling. Tak bisa dia bohongi ia berharap bisa melihat andre ada di tempat ini. Lastri tak sedikit pun bisa melupakan Andre, walaupun Andre sudah menikah.

Dari kejauhan Lasrti melihat sesosok pria yang lagi berenang di pantai, itu Bang surya. Ia mendekati Surya.

“Hei, Bang Surya apa kabar?.” Lastri menjulurkan tangannya sambil tersenyum.

Surya hanya terdiam melihatnya, sepertinya dia tidak mengenali Lastri lagi.

“Ini aku Bang, Lastri, Lastri mantannya Bang Andre.” Sebenarnya berat hati lastri menyebut nama Andre, tapi memang hanya itulah yang bisa mengingatkan Surya padanya karena Lastri berkenalan dengan Surya melalui Andre.

“Oh,, Lastri? Sudah lama ya kamu tidak kelihatan lagi kemana saja dek?.”

“Aku sekarang kerja di Bandung bang, aku sudah dua tahun di sana.”

“Wah, pantesan gak pernah lagi kelihatan.”

“Ya gitu deh, Abang apa kabar?.”

“Sehat, Lastri?.”

“Seperti yang Abang lihat.”

“Tapi kamu jauh berubah ya, kamu jauh lebih cantik dari sebelumnya, abang saja sampai tak mengenalmu tadi.”

“Oh ya?.”

Sebenarnya dalam hati Lastri juga ingin menanyakan pada Surya bagaimana kabar Andre, tapi ia rasa itu tidak perlu. Sekarang ia sadar sekalipun ia jauh dari semua kenangan, tetap saja cintanya pada Andre belum pudar,”Adilkah buatku ini Tuhan”, Lastri mengeluh.

“Dek sudah tau berita belum mengenai si Andre?.”

Mendengar nama Andre, Lastri terkejut jantungnya berdetak tak menentu, berharap tidak membahas tentang Andre, Surya malah mengingatkannya, tapi Lastri berusaha bersikap tenang.

“Memangnya kenapa dengan Andre, bang?.”

“Lho belum tau beritanya ya?.”

Informasi yang diberitahukan Surya semakin membuatnya penasaran, tapi ia tetap berusaha tenang.

“Berita apa sih bang? Buat penasaran saja.”

“Kapan terakhir kamu bertemu dengan Andre?.”

“Ya sudah lamalah, tiga tahun yang lalu sewaktu dia antar undangan padaku.” Mengingat kejadian itu membuat lastri berkata terbata-bata dan pelan, karena hatinya terpukul tiap kali ingat kejadian itu.

“Terus kau tidak tahu kalau pernikahan mereka gagal?.” Surya berkata dengan wajah yang sangat serius.

Mendengar kata “gagal” ia semakin terkejut, Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa, ada rasa bahagia di hatinya, tapi ada juga rasa sedih di hatinya.

“Kau tahu dek, dua hari sebelum pesta mereka berlangsung, Orang tua si perempuan datang ke rumah Andre di kampung, satu kampung terkejut mana boleh Orang tua siperempuan datang ke rumah Besannya sebelum acara pernikahan anak perempuannya berlangsung, tidak ada yang tahu tujuannya, tiba-tiba orang tua si perempuan menarik paksa putrinya keluar dari rumah si Andre. Orang tua si perempuan tidak setuju mereka menikah, ternyata selama ini si perempuan hanya meminta restu kepada Bapak Udanya saja (adik laki-laki dari bapak), sementara orang tuanya tidak setuju, karena perempuan itu sudah dijodohkan dengan paribannya (anak laki-laki dari bibi). Pernikahan dibatalkan, sempat juga memang ini sampai pada jalur hukum, tapi tak tahu endingnya apa, tapi yang pasti sekarang si perempuan sudah menikah dengan paribannya itu.”

Surya diam sejenak, Lastri tidak sabar mendengar kabar selanjutnya terutama kabar Andre.

“Jadi sekarang Andre dimana?.”

“Sekarang aku tidak tahu dia dimana, sejak kejadian itu dia tidak pernah muncul lagi dan tidak ada kabar”.

Istri Surya datang mendekati Surya dan Lastri dan mengajak Surya pulang, sayang sekali aku rasa moment ini untuk ditinggalkan, padahal aku ingin mendengar lagi informasi yang sangat penting ini. Ucap Lasrti dalam hati

Perasaan sedih, tapi juga bahagia bersatu dalam dirinya. Iasedih karena ia membayangkan bagaimana kalau ia berada di posisi mereka dan ia bahagia berarti ia masih ada kesempatan untuk mengulang lembaran baru dengan Andre.

Informasi yang Lastri dapatkan dari Surya tadi membuat ia benar-benar gelisah dan memancing dirinya untuk mencari tahu dimana sekarang keberadaan Andre, tapi ia tidak tahu harus mulai mencari dari mana, hanya satu jawaban ia harus menjumpai Orang tuanya di Siantar.

Walaupun cuaca tidak bersahabat, rintikkan hujan di pagi hari tidak membuat Lastri malas untuk berpergian sesuai rencananya, ia mengeluarkan mobil Avanza silver milik Papanya. Selama ia di Medan Papanya mempercayai menggunakan mobil Avanzanya kemanapun Lastri pergi, Lastri menuju Siantar.

Sampai di depan rumah Andre, ia keluar dari mobil, seorang perempuan yang paruh baya datang menghampirinya menatap keheranan.

“Cari siapa dek?”.

” Ini Namboru (sapaan buat Mamanya pacar kita atau suami kita, atau juga satu marga sama bapak kita dalam adat Batak).” Lastri memastikan.

” Namboru mana yang adek maksud?.” Namboru bertanya heran.

” Namboru, Mamanya Andre?.” Lastri bertanya lagi.

“Iya benar, adek ini siapa ya?.”

“Ini aku Lastri, Namboru.” Lastri menyalami tangan Namboru.

Setelah Namboru tahu kalau itu adalah Lastri, Namboru memeluknya dan menangis histeris, situasi menjadi ramai para tetangga datang karena mendengar tangisan histeris Mama Andre, mereka membawa Lastri dan Namboru masuk ke rumah.

Mama Andre menceritakan kejadian yang sama persis dengan apa yang diceritakan oleh Surya pada Lastri, Mama Andre malah berkata kalau mereka sudah malu sekali atas kejadian itu dan sejak itu Andre tidak pernah lagi menunjukkan dirinya. Mama Andre bilang Andre sekarang ada di Riau, sudah dua tahun dia disana dan tidak pernah pulang dan rasa rindu yang Mama Andre rasakan yang membuat Mama Andre semakin kurus kering, padahal dulu Mama Bang Andre termasuk perempuan yang gemuk.

Mama Andre menyuruh Lastri menelepon Andre tanpa berpikir panjang ia langsung menghubungi Andre. Pembicaraan pun tercipta begitu menyenangkan, awalnya Andre tidak percaya kalau Lastri yang menelepon dirinya, tapi Lastri meyakinkan dia kalau ini memang benar-benar dirinya. Satu jam menelepon tanpa memperdulikan telinganya yang sudah panas mereka sama-sama melepas rindu melalui telepon,Lastri menyuruhnya pulang karena waktunya di Medan hanya tinggal 10 hari lagi. Tanpa basa basi Andre mengatakan malam ini dia akan pulang dan sampai di Medan besok pagi.

Lastri menyarankan dia pulang tidak usah ke kampungnya tapi ke Medan saja, karena kata Andre untuk sekarang ini dia masih belum bisa menahan rasa malu. Tapi kami bingung kemana dia harus tinggal, sementara Mamanya juga ingin bertemu dengan Andre, tinggal di Medan tempat saudara mereka juga masih belum siap. Tapi tidak berlama-lama lagi Lastri dan Mama Andre pergi ke Medan, sampai di Medan mereka langsung cari kamar kost untuk Mama Andre dan Andre tempati sementara dan Lastri bersedia membiayai semua kebutuhan mereka selama mereka nge-kost.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar